Sabtu, 21 Mei 2011

Prospek Ekonomi Indonesia Tahun 2011

Nama : Irma Dwi Wiranti
NPM  : 29210039
Kelas  : 1EB06


                           PROSPEK EKONOMI INDONESIA TAHUN 2011


Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 cukup menggembirakan di karenakan saat sebagian besar negara di dunia mengalami pertumbuhan negatif, Indonesia justru malah mengalami pertumbuhan perekonomian dengan laju sekitar 6%, yaitu pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat mencapai 5,5-6% dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 6,0-6,5%. Sehingga dengan demikian maka prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya.

Di laporkan oleh World Economic Forum bahwa peringkat daya saing Indonesia untuk 2010-2011 naik 10 tingkat di angka 44 dari peringkat sebelumnya yang berada di level 54. Kenaikan tersebut terutama didorong kinerja makro ekonomi yang sangat baik sehingga kinerja ekspor tumbuh pesat.

Bukan hanya itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan karena pemulihan global yang terlihat jelas dari berbagai indikator ekonomi baik di negara maju yakni Amerika Serikat & Jepang maupun di kawasan Asia yakni China & india yang menjadi mitra dagang Indonesia. Seperti di AS pemulihan terlihat pada pengeluaran konsumsi masyarakat yang terus menguat di sertai dengan peningkatan respon di sisi produksi. Sementara di Jepang, ditandai oleh pertumbuhan positif pada triwulan terakhir 2009. Di Cina & India pemulihan tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga berbagai perbaikan tersebut di atas memberikan dampak positif bagi negara-negara yang menjadi mitra dagangnya, termasuk Indonesia.

Dampak positif yang ditimbulkan pemulihan ekonomi global terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia, tidak hanya terjadi pada peningkatangkatan ekpor komoditas pertanian & pertambangan tetapi juga pada ekspor komoditas manufaktur mulai mengalami peningkatan. Perkembangan tersebut mendukung pertumbuhan di sektor industri & sektor perdagangan yang lebih tinggi dari yang diperkirakan. Akibat peningkatan ekspor terebut, aktivitas impor juga mulai mengalami peningkatan, meski pada tingkat yang masih rendah.
Selain membaiknya kinerja ekspor, perbaikan lainnya juga ditunjukkan oleh kegiatan konsumsi swasta. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator konsumsi, seperti impor barang konsumsi, penjualan motor & mobil erta penjualan ritel. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi rumah tangga diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi karena income effect dari perbaikan ekspor & terjaganya tingkat keyakinan konsumen.
Sehingga semua hal tersebut di atas menimbulkan keyakinan pada investor asing terhadap Prospek Ekonomi Indonesia yang semakin membaik tercermin pada surplus transaksi modal & financial yang masih cukup tinggi.

Menurut Djayendra, beberapa hal yang perlu diperhatikan di tahun 2011 adalah
1.    Pemerintah harus lebih fokus untuk pemerataan dan pembangunan ekonomi domestik.

2.    Industri dalam negeri harus lebih dilindungi dan jangan dibiarkan menjadi korban dari industri murah China.

3.    Jangan terlalu terlena dengan angka-angka ekonomi makro, tapi perhatikan sifat dari angka-angka ekonomi makro tersebut.

4.    Manfaatkan momentum positif perekonomian Indonesia di tahun 2011 untuk memperkuat fondasi sektor usaha perkebunan, pertanian, perikanan, dan energi.

5.    Manfaatkan potensi kreatifitas masyarakat Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik.

6.    Alam Indonesia yang luar biasa indah ini seharusnya mulai dikelola secara profesional untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara.

Resiko & Tantangan Ekonomi di 2011

Komite Ekonomi Nasional dalam buku Prospek Ekonomi Indonesia 2011 menuturkan ada sejumlah tantangan dan risiko yang perlu diantisipasi Indonesia di tahun depan sebagaimana dilansir vivanews.com adalah :

         Tantangan atas kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset (asset bubble) dan inflasi, karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal asing, termasuk jangka pendek.Terhentinya arus modal masuk dan bahkan terjadinya penarikan kembali modal masuk dalam jumlah besar.

          Subsidi energi dan alokasi yang kurang efisisien. Selama ini, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) masih dinikmati orang mampu (berpenghasilan tinggi). Terkait masalah ini, Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung mengatakan yang wajib mendapat subsidi ialah orang miskin, orang mampu sebaiknya tidak dapat subsidi.
Resiko inflasi terutama dipicu komponen makanan, pendidikan, dan ekspektasi inflasi.
Infrastrukstur dan interkoneksi (transportasi) yang kurang memadai.


Peningkatan daya saing, perbaikan pendidikan, dan pelatihan serta penambahan pasokan tenaga teknik terdidik yang menjadi penghambat bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi produk (utamanya yang padat karya), menghambat investasi dan mengurangi penciptaan nilai tambah dan lapangan pekerjaan. Masalah daya saing Indonesia masih tertinggal dibawah Malaysia, Singapura dan Thailand.Daya serap atau belanja pemerintah (pusat dan daerah) yang masih belum optimal.
Resiko yang berkenaan dengan kondisi politik dan hukum yang terjadi.
Resiko perubahan iklim, bencana alam, dan krisis keuangan yang datang secara mendadak.
Tantangan resiko global, seperti pemulihan ekonomi negara maju masih akan lama, sehingga berdampak pada pemulihan ekonomi dan perdagangan dunia.
Geopolitical-Geoeconomy G2 mengenai persoalan ketidakseimbangan ekonomi dunia, perang kurs dan potensi perang korea yang sangat tergantung pada G2 (China-AS), bukan G20.



Sumber :   
·        www.wikipedia.com ( 22 Mei 2011 / Jam: 13:30 )
      ( 22 Mei 2011 / Jam: 13:40 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar